AKTAHUD.CO, Jakarta – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Aktivis Mahasiswa Nusantara menggelar unjuk rasa di depan Kantor Pusat PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk. Mereka menuntut agar kegiatan operasional Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) ANTAM Kolaka dievaluasi, khususnya terkait dugaan pencemaran udara dari cerobong asap smelter di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Koordinator lapangan aksi, Asrawan, menyebutkan bahwa gumpalan asap yang mengepul dari area smelter PT ANTAM telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat yang tinggal di sekitar tambang.
“Pencemaran udara yang berasal dari smelter PT ANTAM sangat berbahaya untuk masyarakat sekitar tambang. Ini sangat mengkhawatirkan, apabila terus-terusan berlangsung dampaknya bisa sangat berbahaya,” ujar Asrawan di sela aksi, Senin, 14 Juli 2025.
Menurut dia, komitmen ANTAM dalam pengelolaan tambang ramah lingkungan patut dipertanyakan. Ia menilai, aktivitas pembakaran pada tungku pengolahan nikel menghasilkan polusi udara yang membahayakan kesehatan warga.
“Kami mempertanyakan komitmen PT ANTAM dalam mengelola tambang yang ramah lingkungan. UBPN Kolaka, apakah sudah memenuhi standar pengelolaan lingkungan yang semestinya?” kata Asrawan.
“Fakta yang kami temukan, pengelolaan tambang tidak sesuai dengan komitmen perusahaan. Polusi udara yang dihasilkan dari smelter dapat menyebabkan gangguan pernapasan, ISPA, iritasi mata dan kulit, serta meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker.”
Asrawan menambahkan bahwa aksi ini merupakan awal dari rangkaian demonstrasi lanjutan yang akan digelar di sejumlah instansi pemerintah. Pihaknya berencana membawa aspirasi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian BUMN, serta BPI Danantara.
Di sisi lain, UBPN ANTAM Kolaka tengah gencar menggelar kegiatan bersih-bersih lingkungan sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan. ANTAM juga menggandeng pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Kolaka dalam upaya tersebut.
Namun, Asrawan menyebut kegiatan tersebut sebagai pencitraan semata. Ia menilai, aksi simbolik itu tidak menjawab persoalan utama terkait pencemaran lingkungan yang mereka soroti.
“UBPN ANTAM Kolaka tengah aktif melakukan pencitraan kepada masyarakat dengan melaksanakan kegiatan bersih-bersih lingkungan serta melibatkan pemerintah dan DPRD Kabupaten Kolaka. Karena aspirasi kami tidak direspons, kami akan lanjutkan aksi berikutnya ke kementerian terkait,” tutup Asrawan. (**)
